Awas Bansos Telur, Daging Ayam Buat Stunting Dibajak

Profesor

Profesor Dr. H Zulkifli Husin S.E, M.Sc.

 

Jakarta,Markaberita.Id

Rencana Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas Arief Prasetyo Adi yang akan menyampaikan bantuan sosial pangan untuk stunting, berupa daging ayam dan telur paling lambat dibagikan pada tanggal 30 Juni 2023 mendapat respon dari berbagai kalangan.

Profesor Dr. Zulkifli Husin saat ditemui mengatakan, jangan hanya daging ayam dan telur saja yang dibagikan tetapi perlu ditambahkan susu untuk anak-anak ditingkat TK,PAUD dan SD untuk melengkapi gizi dari anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Bahkan, dalam proses pelaksanaan pemberian bansos pangan untuk melawan stunting harus tepat sasaran jangan seperti bansos covid 19, yang dimana banyak keluarga yang seharusnya dapat malah tidak dapat.

Baca Juga 

Pemberian bansos pangan untuk melawan stunting bisa melalui puskesmas maupun posyandu-posyandu yang ada ditingkat RT maupun RW, tambah Pria yang pernah menjabat sebagai Rektor Univesitas Bengkulu ini.

Untuk Puskesmas diberikan mulai saat dalam rahim ibu sudah ada calon bayi, sampai melahirkan, di posyandu mulai dari batiti sampai dengan balita agar anak-anak pewaris bangsa ini tidak malnutrisi.

Dirinya, sangat mengkhawatirkan pemberian bansos pangan untuk melawan stunting akan menjadi bahan bajakan atau dikorupsi, jangan sampai bansos pangan ini dikorupsi layaknya bansos covid-19. “Awas bansos pangan melawan stunting jadi bahan bajakan, KPK beserta Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak melawan korupsi harus melototi bantuan bansos pangan ini,” tukasnya.

Baca Juga  Politisi PDIP Jadi Penghubung Bandar Judi Online, Rano Karno Dilaporkan ke Bawaslu DKI Jakarta

Prof Zulkifli, stunting itu berbahaya dan jangan dianggap sepele karena kalau tidak segera dibenahi dan diurus secara tepat Indonesia akan menjadi negara yang lost generation karena ahli waris bangsa sudah berpenyakit semua.

Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.(Red).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *