Kolaborasi HopeHelps UI x Prafekho: Ciptakan Anak Indonesia Paham Edukasi Seks
Pendampingan edukasi seks kepada anak bertujuan untuk menciptakan kesadaran akan pentingnya pemahaman seksualitas sejak dini. Dalam pendekatan ini, para pendidik dan orang dewasa bertanggung jawab untuk memberikan informasi yang tepat dan mendidik anak-anak tentang tubuh mereka, hubungan antara laki-laki dan perempuan, persetujuan, dan batasan-batasan pribadi.
Tim TAPN (Tugas Akhir Peduli Negeri) Prafekho bekerja sama dengan Warung Baca Mata Air (WBMA) dan HopeHelps UI (Universitas Indonesia) untuk memberikan pendampingan mengenai edukasi seks pada 14 Mei 2021. Target audiensnya adalah anak-anak usia 7-16 tahun yang belajar di Warung Baca Mata Air. Lokasinya berada di Tajur, Pondok Kacang Barat, Tangerang. Tujuan diadakannya program ini guna menciptakan kesadaran akan pentingnya edukasi seks sejak dini. Serta mencegah terjadinya pelecehan seksual terhadap anak.
Pendampingan ini ternyata dihadiri juga oleh beberapa orang tua yang antusias melihat proses belajar mengajar di sana. Prafekho mengundang kak Yohanna Magdalena sebagai perwakilan HopeHelps UI sebagai pemateri untuk menambah kredibilitas materi yang sudah disampaikan selama 6 pertemuan oleh Tim Praeko.
Prafekho itu siapa?
Prafekho merupakan 3 mahasiswi Universitas Mercu Buana yang tengah menyelesaikan Tugas Akhir Peduli Negeri (TAPN). Diantaranya ada Anggita Christiany Puteri Djalimun selaku ketua pelaksana, Khodijah Nurul Izati sebagai perancang kampanye Public Relations, dan Annisa Febyriana sebagai konten kreatif di media sosial.
Baca juga: Pentingnya Edukasi Seks Sejak Dini: Prafekho x WBMA Goes to Puncak
Alasan memilih skema TAPN
Mereka memilih skema tersebut dan memberikan pendampingan edukasi seks, karena pelecehan seksual terhadap anak masih menjadi menjadi masalah penting yang harus diatasi. Namun, sayangnya dianggap sebagai pembicaraan yang tabu dan tidak pantas disampaikan kepada usia dini.
Nyatanya berdasarkan data dilapangan, kasus pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat setiap tahunnya. Ketidakpahaman anak tentang bahaya yang ada di sekitar mereka, membuatnya menjadi mangsa yang mudah bagi predator seksual. Oleh karena itu, Prafekho ingin membantu mengubah pandangan tersebut dan melindungi anak-anak agar tidak menjadi mangsa predator seksual yang ada di sekitar mereka.
Selama melaksanakan program tersebut, tidak jarang pula ditemukan kesulitan selama kegiatan TAPN. Meskipun demikian Prafekho sangat senang karena mendapatkan kenangan, teman, serta pengalaman yang luar biasa. Harapannya, semoga kegiatan ini tidak berhenti setelah mereka menyelesaikan tugas akhir. Tapi justru terus berjalan meskipun pendampingan sudah selesai. Tidak hanya itu, Prafekho juga berharap ada gerakan dari mahasiswa lainnya yang mau berbagi ilmu dengan sukarela kepada kepada anak-anak lainnya. Supaya anak-anak Indonesia dapat terhindar dari ancaman predator seksual.