Perdana Digelar, Begini Kriteria Penilaian Seni Kaligrafi Digital di MTQ Nasional XXX


Kota Samarinda, Markaberita.id – Seni kaligrafi digital, yang memanfaatkan teknologi komputer dan perangkat grafis, menjadi cabang lomba baru dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional. Lomba ini menghadirkan pengalaman baru bagi peserta dan juri. Kaligrafi tidak lagi hanya dikerjakan pada media konvensional seperti kertas atau kanvas.

Ketua Dewan Hakim Lomba Kaligrafi, Ujang Badrussalam menjelaskan, penilaian kaligrafi digital berbeda dari kaligrafi konvensional. Teknologi digital memberi ruang lebih besar untuk mengeksplorasi elemen artistik dalam kaligrafi.

“Ada beberapa poin yang dinilai, seperti kaidah kaligrafi, keindahan tulisan, kesahihan huruf, dan unsur seni seperti tata warna, komposisi, serta perpaduan imajinasi,” ujar Ujang, Rabu (11/9/2024).

Meski serupa dengan lomba kaligrafi konvensional, penilaian kaligrafi digital lebih menekankan estetika visual. Tata warna, komposisi, dan kreativitas menjadi faktor utama yang memengaruhi hasil akhir karya, membuat kaligrafi digital lebih dinamis dan menantang.

“Di kaligrafi digital, selain huruf, keindahan dari tata warna juga dinilai. Kaligrafi digital hampir seperti kaligrafi kontemporer dalam penilaiannya,” tambah Ujang.

Lomba kaligrafi digital di MTQ Nasional 2024 masih bersifat ekshibisi, tetapi sambutan dari peserta dan provinsi sangat positif. Sebanyak 10 peserta dari 6 provinsi ikut serta dalam ekshibisi ini.

“Ini adalah kali pertama lomba kaligrafi digital digelar pada event nasional. Saat ini masih dalam bentuk ekshibisi,” jelas Ujang.

Proses pengerjaan kaligrafi digital menggunakan perangkat seperti laptop, tablet, dan drawing pad, serta alat bantu lain seperti scanner. Dengan bantuan perangkat lunak grafis, peserta dapat menggabungkan unsur tradisional dengan teknologi modern, tanpa menggunakan media fisik seperti kertas atau tripleks yang umum pada kaligrafi konvensional.

“Peserta benar-benar menggunakan perangkat digital seperti laptop, iPad, dan drawing pad,” lanjut Ujang.

Kaligrafi konvensional terbatas pada media fisik, membutuhkan keterampilan manual yang tinggi, sedangkan kaligrafi digital menawarkan fleksibilitas dalam memilih media dan memanipulasi elemen visual. Perbedaan media ini juga memengaruhi teknik dan aspek penilaian, di mana kaligrafi digital lebih menonjolkan tata warna dan estetika yang lebih kompleks.

Ekshibisi ini diharapkan menjadi langkah awal pengembangan kaligrafi digital di Indonesia, khususnya dalam ajang MTQ. Meskipun baru bersifat ekshibisi, kaligrafi digital memiliki potensi besar untuk menjadi cabang tetap. Seni ini menggabungkan keterampilan teknis dalam penggunaan perangkat digital tanpa menghilangkan esensi tradisional kaligrafi Islam.

Dengan perkembangan teknologi, diharapkan akan ada lebih banyak peserta dan provinsi yang ikut serta dalam lomba kaligrafi digital. Selain itu, kemajuan perangkat lunak dan teknik baru akan semakin memperkaya seni ini di masa depan.

(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *