Markaberita.id | Jakarta, Gus Miftah, seorang ulama muda asal Yogyakarta, telah mencuri perhatian banyak orang, bukan hanya karena dakwahnya yang berbeda, tetapi juga karena kisah hidupnya yang menarik. Salah satu cerita yang paling dikenal adalah perjalanan dakwahnya yang dimulai dari dunia hiburan malam, hingga akhirnya menemukan jalan dakwah yang menginspirasi. Kejadian-kejadian dalam hidupnya menjadi pelajaran berharga, terutama dalam menyampaikan pesan tentang perubahan diri, keteguhan iman, dan pentingnya menghindari sikap kasar atau merendahkan orang lain.
Sebelum dikenal sebagai seorang dai (pendakwah), Gus Miftah hidup di dunia hiburan malam. Ia terlibat dalam berbagai aktivitas yang jauh dari nilai-nilai agama. Dalam beberapa ceramahnya, ia bercerita bahwa kehidupan malam tersebut memberi kemewahan dan kesenangan sementara, namun tidak mampu memberikan kedamaian hati yang sejati.
Gus Miftah dikenal dengan cara dakwah yang unik. Ia tidak memilih tempat dakwah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan ulama, seperti di masjid atau pesantren. Sebaliknya, ia sering turun langsung ke tempat-tempat yang jauh dari suasana religius, termasuk tempat hiburan malam, serta mengadakan sholawatan dengan gaya koplo.
Pendekatan ini menuai banyak pro dan kontra. Banyak orang yang memuji keberaniannya untuk masuk ke lingkungan yang dianggap “kotor” oleh sebagian orang, dengan harapan bisa menyentuh hati mereka yang merasa tersisih dari kehidupan agama. Gus Miftah sendiri menyampaikan bahwa tidak ada tempat yang terlalu buruk untuk dakwah, dan bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk berubah dan menemukan jalan menuju kebaikan.
Namun, perjalanan Gus Miftah tidak selalu mulus. Salah satu insiden yang mengingatkan banyak orang tentang pentingnya menjaga adab terjadi ketika ia terlibat dalam sebuah peristiwa dengan seorang penjual es. Pada waktu itu, Gus Miftah berada di atas panggung, namun ia bersikap kasar kepada penjual es yang muncul di tengah pengajian, menyebutnya “goblok” karena barang dagangannya masih banyak. Momen tersebut kemudian menjadi viral di media sosial.
Dalam video yang beredar, terlihat Gus Miftah yang sedang duduk di atas panggung, kemudian berteriak kepada penjual es teh, “Es teh kamu masih banyak nggak? Masih? Yaudah dijual lah goblok,” yang diikuti dengan suara tawa dari orang-orang di sekitarnya. Wajah penjual es yang mendengar kata-kata tersebut tampak terhina, dan kejadian ini menyita perhatian banyak orang karena tidak sesuai dengan citra seorang ulama yang seharusnya menunjukkan akhlak mulia.
Banyak yang merasa kecewa karena Gus Miftah, yang dikenal bijaksana dan penuh kesantunan, tiba-tiba menunjukkan sikap yang bertolak belakang dengan dakwah yang selama ini ia sebarkan. Kejadian ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya menjaga sikap, terutama ketika berhadapan dengan orang lain, tak peduli seberapa rendah status sosial mereka.
Gus Miftah sendiri tidak menutup mata terhadap insiden tersebut. Ia dengan rendah hati mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada penjual es tersebut. Ia juga mengaku bahwa ia sering bercanda dengan siapapun. Gus Miftah dikabarkan telah mendatangi rumah penjual es teh bernama Sunhaji, yang berlokasi di Dusun Gesari, Desa Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dalam pertemuan itu, Gus Miftah meminta maaf secara langsung kepada Sunhaji atas ucapan olok-oloknya. Ia mengakui bahwa meskipun niatnya hanya bercanda, ia tetap salah atas kata-kata yang telah diucapkannya. “Meskipun aku niatnya guyon, aku salah, pokoknya aku minta maaf,” ujar Gus Miftah dalam video yang beredar di media sosial.
Sunhaji sendiri mengaku telah memaafkan Gus Miftah dan tidak merasa marah. Ia bahkan merasa bangga karena akhirnya didatangi langsung oleh Gus Miftah. “Saya bangga kedatangan Gus Miftah,” ucap Sunhaji.
Gus Miftah juga menyatakan bahwa ia sama sekali tidak menyangka bahwa candaannya tersebut bisa viral di media sosial. Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi Gus Miftah untuk lebih berhati-hati dalam bertindak ke depannya.
Lantas, apakah aksi kontroversial Gus Miftah belakangan ini disengaja atau tidak?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat konteks lebih luas dari pernyataan tersebut. Gus Miftah sering menggunakan humor dalam ceramahnya sebagai cara untuk menyampaikan pesan-pesan serius dengan cara yang lebih ringan dan tidak membosankan. Jika dilihat dari sisi ini, olok-olok tersebut bisa jadi merupakan bagian dari gaya dakwahnya yang lebih santai.
Namun, apakah tujuannya adalah untuk mengkritik cara dakwah yang kaku atau kurang santun? Mungkin saja, karena Gus Miftah sering menekankan pentingnya dakwah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, tanpa mengedepankan formalitas yang terlalu kaku.
Namun, yang jelas, dakwah pada dasarnya bertujuan untuk menyampaikan ajaran agama dengan cara yang baik, penuh hikmah, dan tidak merendahkan siapapun. Dakwah seharusnya tidak bergantung pada “gimik” atau trik yang berlebihan, yang bisa menciptakan kesan tertentu meskipun itu tidak terjadi secara alami. Dunia dakwah Islam tidak mengenal istilah “setingan” seperti dalam dunia hiburan, karena dakwah seharusnya dilakukan dengan orisinalitas dan ketulusan.
Ke depan, kejadian ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, agar tidak menyinggung perasaan orang lain, terutama dalam konteks dakwah yang bertujuan untuk kebaikan. (Red)