Gus Baha Sampaikan Kritik Tajam Terhadap NU, Sebut Tradisi Ngaji Mulai Hilang

Markaberita.id | Jakarta – Sebuah tulisan yang diklaim berasal dari Gus Baha viral di media sosial, khususnya melalui akun X AbdillahHNS. Dalam tulisan yang ditulis di Surabaya itu, jelas diketahui Gus Baha menyampaikan kritik keras terhadap Nahdlatul Ulama (NU), terutama terkait hilangnya tradisi ngaji kitab di kalangan masyarakat NU.

Tulisan tersebut menyoroti kecenderungan masyarakat NU yang lebih mengutamakan pengajian umum dengan acara besar dan megah dibandingkan tradisi mendalam belajar kitab kuning yang menjadi standar keilmuan NU.

“Tradisi ngaji (kitab) mulai hilang. Itu lampu merah,” tulis pria yang akrab bernama asli KH Ahmad Bahauddin Nursalim itu seperti dikutip, Senin (16/12/2024).

Menurut Gus Baha, saat ini banyak orang kaya yang suka dengan kiai, namun lebih suka mengatur ulama dibanding diatur oleh ulama. Hal ini dianggap sebagai musibah besar yang dapat merusak tradisi keilmuan di NU. “Bukan saya anti [pengajian umum], dan itu perlu. Tapi sudah over. Tradisi ngaji yang sebenarnya, yang jadi standar NU, sudah mulai ditinggalkan,” tegasnya.

Baca Juga  Ketua Srikandi BHF : Target 3000 Orang akan Hadir Senam Sehat Akbar Bersama BN Holik-Faizal Paslon 02 Bupati dan Wakil Bupati Bekasi

Ia juga menyampaikan kritik terhadap para kiai yang terlalu sering mengisi pengajian umum tanpa pendalaman materi, sehingga kehilangan waktu untuk belajar lebih mendalam. “Ada kiai yang sehari manggung 3 kali. Padahal, pasti dia tidak paham problem dakwah di setiap tempat itu. Dia tidak tahu objeknya, tidak tahu obatnya. Pasti bicaranya standar, itu-itu saja, yang penting lucu dan menarik,” tulisnya.

Lebih lanjut, Gus Baha mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya perhatian terhadap naskah-naskah warisan pendiri NU seperti Mbah Hasyim Asy’ari, Mbah Kholil, dan Syaikh Mahfudz Termas. Menurutnya, banyak cucu dan dzurriyah pendiri NU yang tidak peduli dengan warisan ilmiah ini.

“Selama ini dzurriyah, para cucu tidak peduli dengan naskah pendiri. Padahal ada ahli filologi, pengumpul naskah. Naskah masyayikh kita ada di luar negeri, cucunya nggak punya,” tulis Gus Baha.

Baca Juga  Mars PITI Bergema Dalam Munas

Kritik ini diakhiri dengan seruan agar NU kembali melahirkan kiai yang berilmu tinggi (allamah) dan menjaga tradisi keilmuan yang mendalam. “NU itu harusnya melahirkan kiai – allamah, bukan kiai-mubaligh seperti sekarang. Dan saya melihat sudah lampu merah,” pungkasnya.

Tulisan ini langsung menjadi perbincangan publik. Hingga berita ini diturunkan, postingan di akun X AbdillahHNS telah dilihat lebih dari 691 ribu kali dan dibagikan 5.252 kali. Respon dari berbagai pihak, baik yang mendukung maupun yang mengkritik, terus bermunculan.

Namun, belum ada klarifikasi langsung dari Gus Baha terkait tulisan yang diklaim ditulis olehnya tersebut. Kritik ini tentu menjadi bahan refleksi bagi seluruh kalangan NU untuk menjaga warisan keilmuan para pendirinya.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *