Masyarakat Kian Tertekan dan Prustasi oleh Kenaikan Harga

Markaberita.id | Jakarta, 7 April 2025 – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah tajam dan kini menembus level Rp17.000 per dolar AS di pasar luar negeri. Kondisi ini bukan hanya menjadi perhatian pelaku pasar, tetapi juga mulai dirasakan langsung oleh masyarakat di berbagai lapisan.

Pelemahan rupiah berdampak langsung pada kenaikan harga barang impor, termasuk kebutuhan penting seperti obat-obatan, alat elektronik, hingga bahan baku industri. “Harga makanan bayi dan suplemen yang biasa saya beli sekarang naik hampir 15 persen,” keluh fina , seorang ibu rumah tangga di Jakarta Timur.

Tak hanya konsumen, pelaku usaha kecil juga ikut terdampak. Irwan, pemilik usaha konveksi di Bandung, mengaku terpaksa menaikkan harga jual akibat lonjakan biaya bahan baku. “Benang dan tinta sablon saya impor. Setiap dolar naik, modal ikut melonjak,” ujarnya.

Baca Juga  Terra Drone Indonesia Berikan Pelatihan Akuisisi Data Geospasial Berbasis Sensor LiDAR kepada Badan Informasi Geospasial (BIG)

Pemerintah menghadapi tekanan ganda: menjaga stabilitas harga sambil menahan beban anggaran akibat meningkatnya biaya impor BBM dan pembayaran utang luar negeri. Ekonom memperingatkan bahwa inflasi bisa meningkat signifikan dalam beberapa bulan ke depan jika tekanan terhadap rupiah terus berlanjut.

Sementara itu, masyarakat berpenghasilan tetap dan rendah menjadi kelompok paling rentan. Tanpa kenaikan pendapatan, daya beli mereka terus menurun. “Gaji segitu-gitu aja, tapi harga semua barang naik. Rasanya makin berat,” kata Dedi, seorang pegawai swasta.

Bank Indonesia telah melakukan intervensi pasar dan menekankan bahwa pelemahan ini sebagian besar disebabkan oleh faktor eksternal, termasuk kebijakan tarif impor AS dan ketidakpastian global. Namun bagi masyarakat, penjelasan teknis tak mengubah kenyataan di lapangan: hidup jadi lebih mahal.(Red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *