Markaberita.id | Jakarta 22 april 2025 – Hari ini, saat kita kembali memperingati Hari Bumi Sedunia, gaung tema “Kekuatan Kita, Planet Kita” terasa begitu relevan dan mendalam. Lebih dari sekadar seremonial tahunan, momen ini adalah refleksi krusial tentang posisi kita sebagai penghuni planet ini dan tanggung jawab yang melekat padanya.
Kita hidup di era di mana tantangan lingkungan semakin nyata dan mendesak. Perubahan iklim bukan lagi sekadar prediksi, melainkan fenomena yang kita rasakan dampaknya sehari-hari. Polusi mengancam kesehatan ekosistem dan kualitas hidup manusia. Kehilangan keanekaragaman hayati merobek jaring-jaring kehidupan yang rapuh. Di tengah kompleksitas permasalahan ini, tema Hari Bumi tahun ini hadir sebagai pengingat yang memberdayakan: kita memiliki kekuatan untuk bertindak.
Kekuatan ini bukan hanya terletak pada kebijakan-kebijakan besar atau inovasi teknologi canggih, meskipun keduanya tak dapat dipungkiri perannya. Kekuatan sesungguhnya bersemi dari kesadaran kolektif dan aksi nyata di tingkat individu dan komunitas. Setiap pilihan yang kita buat, mulai dari bagaimana kita mengonsumsi, membuang sampah, hingga bagaimana kita berinteraksi dengan alam sekitar, memiliki konsekuensi.
Inisiatif-inisiatif akar rumput yang bermunculan di berbagai belahan dunia, termasuk aksi bersih-bersih sungai, penanaman pohon, dan gerakan gaya hidup minim sampah, adalah bukti nyata dari kekuatan kolektif ini.
kita menyaksikan bagaimana semangat gotong royong masyarakat dalam menjaga lingkungan memberikan harapan akan perubahan yang lebih baik.
Namun, kesadaran dan aksi di tingkat lokal saja tidak cukup. Diperlukan sinergi dan kolaborasi yang lebih luas, melibatkan pemerintah, sektor swasta, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi. Kebijakan yang berpihak pada lingkungan, investasi pada energi terbarukan, praktik bisnis yang berkelanjutan, serta penelitian dan inovasi adalah pilar-pilar penting dalam membangun masa depan yang lestari.
Peringatan Hari Bumi juga menjadi momentum untuk merenungkan kembali filosofi hidup kita. Apakah kita hanya menjadi konsumen pasif sumber daya alam, atau kita mampu melihat diri sebagai bagian tak terpisahkan dari ekosistem yang lebih besar? Kearifan lokal yang mengajarkan harmoni dengan alam semesta, nilai-nilai spiritualitas yang menekankan pentingnya menjaga titipan bumi, dapat menjadi kompas moral dalam perjalanan kita menuju keberlanjutan.
Resolusi PBB yang menetapkan 22 April sebagai International Mother Earth Day semakin menegaskan bahwa isu lingkungan adalah isu global yang membutuhkan perhatian dan tindakan bersama. Kita tidak mewarisi bumi dari nenek moyang, melainkan meminjamnya dari anak cucu kita. Kesadaran inilah yang seharusnya menggerakkan kita untuk bertindak dengan penuh tanggung jawab.
Hari Bumi Sedunia 2025 adalah panggilan untuk setiap kita. Mari kita genggam kekuatan kolektif yang kita miliki. Mari kita ubah kebiasaan kecil menjadi dampak besar. Mari kita rawat bumi ini dengan cinta dan tindakan nyata, demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi semua.
“Kekuatan Kita, Planet Kita” bukan hanya slogan, melainkan janji dan komitmen yang harus kita wujudkan bersama.(Red).