FK Repnus Peringatkan: Harga Minyak Mencekik, Indonesia Terancam Inflasi dan Resesi

Markaberita.id | Jakarta 13 Juni 2025 – Di tengah gejolak harga minyak global, Faisal Nasution, Ketua Umum Forum Kekeluargaan Relawan Pemuda Nusantara (FK Repnus), baru-baru ini menyuarakan kekhawatiran mendalam mengenai potensi dampak buruknya terhadap perekonomian Indonesia. Dengan nada prihatin, Faisal menyatakan, “Lonjakan harga minyak global dapat memicu inflasi yang meroket, menggerogoti daya beli masyarakat, dan pada akhirnya menyeret ekonomi nasional ke jurang resesi.” Peringatan keras ini, yang disampaikan dengan urgensi, menuntut perhatian serius dari seluruh pemangku kepentingan bangsa.

Kenaikan harga minyak, menurut Faisal, adalah pedang bermata dua yang menghadirkan tantangan kompleks bagi Indonesia. Sebagai negara pengimpor minyak, lonjakan harga akan langsung membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) melalui subsidi energi yang membengkak. Alternatifnya, jika subsidi dikurangi untuk meringankan beban APBN, konsekuensinya adalah peningkatan biaya produksi dan transportasi yang signifikan. “Keduanya akan berdampak buruk,” tegas Faisal, “dan pada gilirannya akan mendorong kenaikan harga barang dan jasa secara keseluruhan, menciptakan efek domino yang kita kenal sebagai inflasi.”

Baca Juga  ETAMILKU : Susu Kambing Terbaik dari Lereng Gunung Merapi untuk Mengatasi Nyeri Sendi dan Sesak Nafas

Inflasi yang tinggi, lanjut Faisal, akan menjadi musuh utama daya beli masyarakat. Dengan pendapatan yang cenderung stagnan, masyarakat harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan pokok. “Kemampuan untuk menabung dan berinvestasi akan tergerus,” jelasnya, “dan konsumsi rumah tangga yang menurun drastis akan memperlambat roda ekonomi, bahkan berpotensi menghentikannya.”

Lebih jauh lagi, Faisal Nasution mengungkapkan skenario yang lebih mengkhawatirkan. “Jika inflasi tak terkendali,” ujarnya, “Bank Indonesia kemungkinan besar akan mengambil langkah ekstrem dengan menaikkan suku bunga acuan untuk meredam laju inflasi.”

Meskipun langkah ini mungkin diperlukan dalam situasi tertentu, Faisal mengingatkan bahwa “suku bunga yang tinggi juga dapat menghambat investasi dan ekspansi bisnis, karena biaya pinjaman menjadi lebih mahal. Ini adalah dilema yang sangat sulit.”

Baca Juga  Berita Solana Hari Ini, dari Grafik hingga Prediksi Harganya

Dalam situasi seperti itu, perusahaan-perusahaan bisa mengambil langkah defensif dengan menunda ekspansi, mengurangi produksi, atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). “Konsekuensi akhirnya,” kata Faisal, “adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan, atau bahkan resesi yang menghancurkan. Kita harus menghindari skenario ini dengan segala cara.”

Peringatan FK Repnus ini, ditegaskan Faisal Nasution, adalah alarm bagi pemerintah dan seluruh elemen masyarakat. “Kita tidak bisa berdiam diri,” tegasnya. “Diperlukan langkah-langkah antisipatif dan strategis yang komprehensif untuk mitigasi risiko ini.” Diversifikasi sumber energi, peningkatan efisiensi energi, serta kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati adalah beberapa opsi yang harus dipertimbangkan secara serius dan segera.

“Kita tidak boleh abai terhadap potensi ancaman ini,” pungkas Faisal. “Pengalaman global telah menunjukkan bahwa kombinasi inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang melambat adalah resep menuju resesi.

Baca Juga  Lowongan Magang di LindungiHutan Bidang Finance, Ini Syarat dan Ketentuannya

Oleh karena itu, sinergi yang kuat antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sangat penting untuk menghadapi tantangan ekonomi yang mungkin terjadi di depan. Pertanyaannya adalah, apakah kita siap menghadapi skenario terburuk ini? Kita harus bersiap.” (Red).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *