Hilirisasi: Pedang Bermata Dua yang Menganga Jurang Ketimpangan

Markaberita.id | Jakarta, 11 Juni 2025 – Retorika mengenai **hilirisasi industri** sering digaungkan sebagai mantra sakti untuk membawa Indonesia menuju kemakmuran. Dengan mengolah sumber daya alam di dalam negeri, kita dijanjikan nilai tambah, lapangan kerja, dan kemandirian ekonomi. Namun, di balik janji manis ini, terkuaklah wajah lain hilirisasi yang justru berpotensi menciptakan ketimpangan parah, bahkan menganga menjadi lubang neraka bagi kehidupan banyak orang.

Hilirisasi yang Ada: Demi Siapa?

Pada praktiknya, hilirisasi di Indonesia saat ini cenderung berpusat pada investasi besar dan padat modal, seringkali didominasi oleh korporasi raksasa, baik asing maupun domestik. Ambil contoh industri nikel di Sulawesi, yang menjadi tulang punggung hilirisasi mineral. Pertumbuhan smelter nikel memang fantastis, namun siapa yang benar-benar diuntungkan?

Petani dan nelayan lokal seringkali tergusur dari lahan mereka demi perluasan kawasan industri. Masyarakat adat kehilangan hak atas tanah ulayat yang telah menjadi sandaran hidup mereka selama turun-temurun. Lapangan kerja yang tercipta, meskipun ada, seringkali tidak sebanding dengan dampak negatif yang ditimbulkan, dan banyak di antaranya diisi oleh tenaga kerja non-lokal, bahkan dari luar negeri, dengan keterampilan khusus yang tidak dimiliki masyarakat setempat. Ini bukan pemerataan kesejahteraan, melainkan ” konsentrasi kekayaan pada segelintir elite”.

Baca Juga  Terima Kunjungan Silaturahmi Dari HMI Purwakarta, AKBP Lilik Ardiansyah Bahas Soal Ini

Kerusakan Lingkungan: Harga yang Tak Ternilai.

Aspek lain yang tak kalah mengerikan adalah “dampak lingkungan yang masif”. Pembangunan smelter dan industri pengolahan membutuhkan energi besar, seringkali dipasok dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara yang kotor. Polusi udara, air, dan tanah menjadi pemandangan lumrah di sekitar kawasan industri hilirisasi. Limbah beracun dibuang tanpa pengolahan yang memadai, mencemari sungai, laut, dan mengancam keberlanjutan ekosistem.

Bagi masyarakat yang hidup bergantung pada alam, kerusakan ini adalah pukulan telak. Sumber air bersih tercemar, hasil tangkapan ikan menurun drastis, dan tanah pertanian menjadi tidak subur. Ini bukan sekadar kerugian materi, melainkan **perampasan hak untuk hidup sehat dan layak** Lingkungan yang rusak adalah warisan pahit yang akan ditanggung generasi mendatang.

Baca Juga  Finest All of us A real income wms casino software On the internet Roulette Gambling enterprises in the 2025

Hilirisasi yang Berkeadilan: Utopia atau Keniscayaan?.

Lantas, apakah hilirisasi harus dihentikan total? Tentu tidak. Konsep hilirisasi itu sendiri penting untuk kemajuan bangsa. Namun, kita perlu mendefinisikan ulang **hilirisasi yang berkeadilan**. Ini bukan hanya tentang berapa banyak produk olahan yang bisa kita ekspor, tapi juga tentang:

* Siapa yang menikmati keuntungannya?, Apakah masyarakat lokal dilibatkan secara adil, bukan hanya sebagai penonton atau korban?

Bagaimana dampak lingkungannya diminimalisir?, Apakah regulasi lingkungan ditegakkan dengan tegas dan transparan?

Apakah ada diversifikasi industri?, Tidak hanya bergantung pada satu jenis komoditas, melainkan mendorong hilirisasi di sektor-sektor lain yang lebih merata dan berkelanjutan.

Tanpa perubahan paradigma ini, mantra hilirisasi akan terus menciptakan ketimpangan yang kian melebar, dan janji kemakmuran hanya akan menjadi ilusi bagi sebagian besar rakyat. Kita harus berani melihat kenyataan bahwa hilirisasi yang tidak berpihak pada rakyat dan lingkungan adalah **lubang neraka yang menganga**, siap menelan harapan dan masa depan bangsa.

Baca Juga  Farm Away from play house of fun slot online no download Enjoyable Position: RTP Totally free revolves and Opinion

Bagaimana menurut Anda, langkah konkret apa yang harus diambil pemerintah untuk mewujudkan hilirisasi yang berkeadilan dan berkelanjutan? (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *