Markaberita.id | Jakarta, 06 Juli 2025 – Setiap tahun, kalender Islam membawa kita pada tanggal 10 Muharram, hari yang dikenal sebagai Asyura. Bagi sebagian besar umat Muslim, hari ini adalah momentum refleksi yang mendalam, memperingati salah satu peristiwa paling tragis namun penuh makna dalam sejarah Islam: syahidnya cucu Rasulullah SAW, Imam Hussein bin Ali, di Karbala. Di tengah hiruk pikuk dan tantangan zaman ini, bagaimana kita memaknai Asyura hari ini? Bagaimana relevansi pesan-pesan abadi dari peristiwa tersebut dengan situasi yang kita hadapi?
Asyura di Pusaran Dinamika Global
Hari ini, dunia berputar lebih cepat dari sebelumnya. Informasi menyebar dalam hitungan detik, teknologi terus meredefinisi cara kita hidup, dan isu-isu global seperti perubahan iklim, ketidakadilan sosial, serta konflik kemanusiaan masih menjadi bayang-bayang pekat. Di Indonesia, kita menyaksikan dinamika politik yang tak henti, gejolak ekonomi yang kadang tak terduga, serta tantangan dalam menjaga tenun kebangsaan di tengah perbedaan yang ada. Dalam konteks ini, Asyura menawarkan lensa untuk melihat realitas dengan lebih jernih.
Keteladanan Imam Hussein: Manifestasi Keberanian dan Keadilan
Peristiwa Karbala bukanlah sekadar tragedi masa lalu. Ia adalah cermin yang memantulkan perjuangan abadi antara kebenaran dan kebatilan, antara keadilan dan tirani. Imam Hussein, dengan segala keterbatasan pasukannya, memilih untuk tidak tunduk pada kezaliman, meskipun harus mengorbankan nyawa. Keputusannya adalah sebuah deklarasi tegas tentang harga diri, prinsip, dan keberanian untuk berdiri tegak demi keadilan, bahkan ketika menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar.
Dalam narasi hari ini, semangat Karbala tercermin dalam berbagai bentuk. Kita melihatnya pada para aktivis yang gigih menyuarakan hak-hak minoritas yang tertindas, meskipun dihadapkan pada ancaman dan intimidasi. Kita melihatnya pada para pejuang lingkungan yang berjuang mempertahankan hutan dan lautan dari eksploitasi yang merusak. Kita melihatnya pada mereka yang tak lelah mengadvokasi kesetaraan dan keadilan bagi semua, tanpa memandang suku, agama, atau golongan. Mereka semua, dalam caranya masing-masing, adalah penerus semangat Imam Hussein yang menolak menyerah pada ketidakadilan.
Solidaritas dan Persatuan: Pesan Abadi Asyura
Asyura juga mengingatkan kita tentang pentingnya persatuan dan solidaritas. Tragedi Karbala adalah peringatan pahit akan bahaya perpecahan dan ambisi duniawi yang dapat mengoyak persatuan umat. Di tengah polarisasi yang terkadang mencuat di masyarakat kita, baik itu karena perbedaan pandangan politik atau isu-isu sosial, Asyura mengajak kita untuk merenung. Apakah kita membiarkan perbedaan memecah belah, ataukah kita mampu menemukan titik temu dan bekerja sama demi kebaikan bersama?
Menghidupkan Semangat Asyura di Masa Kini
Maka, di tanggal 10 Muharram ini, mari kita tidak hanya sekadar mengenang, tetapi juga menghidupkan kembali semangat Asyura dalam tindakan nyata. Mari kita jadikan keberanian Imam Hussein sebagai inspirasi untuk berani menyuarakan kebenaran, untuk tidak takut membela yang lemah, dan untuk senantiasa memperjuangkan keadilan di setiap lini kehidupan. Mari kita bangun solidaritas, perkuat persatuan, dan menjadi agen perubahan yang positif bagi masyarakat.
Asyura bukan hanya tentang duka, melainkan tentang harapan dan ketahanan. Ini adalah pengingat bahwa bahkan dalam kegelapan yang paling pekat sekalipun, cahaya kebenaran dan keadilan akan selalu menemukan jalannya, asalkan ada yang berani berdiri untuknya.(Red).