Menilik Historis Baju Adat Betawi Dan Penyematan Kuku Macan Untuk Pramono Anung & Rano Karno

Markaberita.id | Jakarta -Pasangan calon gubernur (cagub) Pramono Anung dan wakil gubernur (cagub) Rano Karno nomor urut 3 untuk Pilkada Jakarta 2024, disematkan Rante kuku macan oleh Imam Besar Forum Betawi Rempug (FBR) KH. Lutfi Hakim pada acara deklarasi FBR untuk pasangan tersebut, Kemarin 13 Oktober 2024.

Rante Kuku macan merupakan pelengkap baju adat Betawi ujung serong yang merupakan baju bangsawan Betawi atau baju keagungan orang Betawi. Rante kuku macan merupakan simbol kegagahan bagi seorang Abang atau pria. Kuku macan juga dianggap memiliki nilai magis yang diyakiji bisa membawa ke-sima-an atau pengabaran yang menambah kewibawaan seseorang. Namun seiring berkembangnya jaman,

Rante kuku macan asli tidak lagi diproduksi sebagai aksesoris, rante kuku macan yang asli kini diproduksi dalam bentuk imitasi.

Baca Juga  Terkait Pasien Anak Meninggal di RSUD HAT Wadir Pelayanan Medis: Pasien Tidak Menderita Gizi Buruk

Dan kalau pun ada orang Betawi yang memiliki rante kuku macan, kemungkinan didapatkan dari warisan orang tuanya yang didapat secara turun temurun sebagai warisan budaya dan identitas keluarga.

Selain Rante Kuku macan, ada juga Rante duit gobang yang merupakan mata uang kuno dari netherlands berbahan tembaga murni. Simbol Rante Duit Gobang ini memiliki filosofi kemakmuran untuk menunjukan status sosial seorang pria Betawi. Tidak hanya kuku macan dan duit gobang, rantai dengan jam juga menjadi variasi dalam mengenakan busana tersebut.

Kemudian aksesoris lainnya adalah, blangkon Betawi atau ikat kepala. Blangkon Betawi ini menjadi simbol orang-orang merdeka pada era penjajahan. Dikutip dari buku maen pukulan G.J Nawi, blangkon Betawi semula hanya dikenakan warga pribumi non onderneming atau bukan dari kalangan pekerja, mereka adalah kelompok pribumi yang memiliki privilege, mengingat adanya stratifikasi sosial masyarakat yang diciptakan pemerintah Hindia Belanda.

Baca Juga  Jokowi Resmi Buka Peparnas XVII 2024 di Solo, Ajang Kesetaraan Atlet Disabilitas

Dan setelah indonesia memasuki era pergerakan nasional, narasi mengenai kuku macan dan blangkon atau ikat kepala Betawi sudah tidak lagi berlaku seiring eratnya semangat persatuan dan nasionalisme yang ditanamkan para pendiri bangsa, serta historis masyarakat Betawi yang menjadi fasilitator kemerdekaan, busana tersebut lebih apik dipadukan dengan peci berwarna hitam dan rantai arloji serta kopiah berwarna hitam sebagai orang Indonesia.

Salah satunya adalah Mohammad Husni Thamrin dan Soekarno serta sejumlah tokoh nasional lainnya yang pada akhirnya menjadi Trendsetter dengan mengenalkan kopiah berwarna hitam, dan kopiah menjadi penutup kepala andalan yang variatif bagi masyarakat Betawi seperti kopiah atau peci berwarna merah yang identik digunakan para jawara silat.

Baca Juga  Luput Perhatian, Desa Huripjaya Kibarkan Bendera Merah Putih Kusam Dan Robek

Secara garis besar baju ujung serong adalah busana keagungan kaum Betawi yang hari ini kerap digunakan para pejabat pemerintah daerah maupun pemerintah pusat setingkat presiden. Selanjutnya, mengenai penyematan Rante kuku macan kepada salah satu calon Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta, tidak lain tidak bukan karena pelestarian budaya semata dan penggunaan politik simbol yang dilakukan orang Betawi.

Di mana ada dimensi simbolik dari penduduk inti kota Jakarta, tentang legitimasi untuk pasangan Pramono Anung dan Rano Karno dalam memimpin Jakarta selama 5 tahun kedepan dengan cara yang agung seperti busana tersebut, dengan mengikuti proses demokrasi yang ada serta mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *