Ridwan Kamil Tamat ? Anies Baswedan jadi Kunci Kemenangan Pramono Anung dan Rano Karno

Markaberita.id | Jakarta – 14 hari menjelang pencoblosan dalam Pilkada Daerah Khusus Jakarta (DKJ) 2024, nampaknya posisi pasangan nomor urut satu Ridwan Kamil-Suswono (RIDO) kian terpojok. Mulai dari polemik kejanggalan lembaga survei poltracking yang berbuntut sanksi hingga polemik pernyataan Suswono soal janda kaya dan pemuda pengangguran yang menuai kecaman dari banyak pihak.

Belum lagi adanya isu ‘blingsatan’ sejumlah pendukungnya lantaran mesin Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus tidak kompak, sepertinya kabar itu cukup membuat RK tidak bisa tidur pulas. Ia pun malah nekat berkunjung ke Solo untuk menemui mantan Presiden Joko Widodo setelah dirinya makan malam bersama presiden Prabowo Subianto.

Sejumlah pemerhati politik menilai hal itu bagian dari kepanikan Ridwan Kamil yang telah mencium aroma kekalahan hingga menyeret-nyeret dua orang tersebut kedalam arena Pilkada. Bukannya dapat suntikan elektabilitas dan popularitas, momen tersebut justru dinilai bunuh diri jika mengingat reaksi publik yang sudah bosan dengan istilah cawe-cawe maupun politik dinasti kronis.

Pemerhati Politik Jakarta Aji Sakti pun sempat menyebut jika momen tersebut tidak berimplikasi terhadap suara pemilih. Apalagi ada etika yang harus dijunjung kepala pemerintahan, salah satunya adalah bersikap netral atau setidaknya tidak mempertontonkan keberpihakan terhadap salah satu calon.

“Bisa saja menjadi pengingat dikalangan elit jika posisi Presiden ada di sini loh, namun belum tentu untuk publik, justru malah bisa suara semakin turun karena ada Mulyono dan pemerintah yang dianggap berpihak,” kata Aji Sakti  saat berbincang-bincang dengan markaberita beberapa waktu lalu di Jakarta.

Selain itu, ketidakhadiran Ridwan Kamil dalam diskusi bertajuk “Ragam Perspektif Membangun Kota” yang digelar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI), beberapa waktu lalu juga menjadi ‘tsunami’ untuk pasangan RIDO, apalagi disebut-sebut ada pembatalan sepihak. Padahal duduk bareng bakal pemimpin Ibu Kota menjadi penting untuk kalangan akademisi yang sudah barang tentu punya pengaruh besar dalam mempengaruhi suara pemilih.

Baca Juga  Iday Sumirat Ditetapkan Menjadi Ketua LSM GBR DPC Kabupaten Bekasi Dalam Muscab Ke - I

Di mana sejarah mencatat saat Pilkada DKI Jakarta tahun 2007 silam, Fauzi Bowo tidak menghadiri diskusi serupa yang gelar kampus keramat tersebut. Al hasil pasangan Adang-Dani Anwar berhasil menembus 42,1% suara dari sebelumnya yang hanya diangka 37,1%. Memang pasangan Adang-Dani Anwar kalah kala itu melawan Fauzi Bowo-Prijanto, namun tanpa disadari ada pergeseran suara pemilih yang signifikan.

Di lain sisi, elektabilitas rival RIDO, yaitu Pramono Anung-Rano Karno terus melambung, berdasarkan survei LSI punya elektabilitas sebesar 41.6% menyalip RK-Siswono dengan 37.4% dan meninggalkan Dharma-Kun 6.6% dan 14% untuk mereka yang belum menentukan pilihan.

Litbang Kompas pun turut merilis hasil survei mereka, disebutkan jika

elektabilitas Pramono-Rano bersaing ketat dengan 38,3 %. Disusul paslon Ridwan-Suswono dengan elektabilitas 34,6 %. Sementara Dharma Pongrekun-Kun Wardana, berjarak cukup jauh dengan elektabilitas 3,3 %. Dan sebanyak 23,8 % tidak tahu atau masih rahasia.

Jika mengacu pada hasil ini tentunya pasangan RIDO semakin kalang kabut mencari dukungan lain sebagai ikhtiar menuju Pilkada DKI yang diharapkan satu putaran. Mendekati Anies Baswedan misalnya, ya boleh-boleh saja, dan sangat wajar jika sosok Anies Baswedan dengan elektoral yang kuat saat ini menjadi perebutan.

Tapi bagaikan pungguk merindukan bulan, pasukan anak Abah secara eksplisit dan implisit berdiri di belakang pasangan Pramono Anung-Rano Karno.

Bahkan salah satu loyalis Anies Baswedan, Geisz Chalifah memberikan keras, ia menilai upaya Ridwan Kamil yang mencari dukungan Anies Baswedan itu tidak tahu malu.

Baca Juga  Mendesak pihak jajaran Mabes Polri dan Polda Jawa Barat dapat menangkap pelaku Grombolan Mafia tanah

“Gak tau malu, Anies-nya lu jegal tapi minta dukungan,” tulis Geisz seperti dikutip dari akun X miliknya saat mengomentari informasi berita yang menyebutkan jika Ridwan Kamil sedang berupaya mencari dukungan Anies Baswedan.

*Anies Baswedan Jadi Kunci Kemenangan Kemenangan Pramono Anung & Rano Karno*

Berdasarkan hasil Litbang Kompas disebutkan, ada variabel lain yang punya kemampuan untuk mempengaruhi suara pemilih. Meskipun tidak menyebut langsung elektoral yang dimaksud namum Litbang Kompas menjabarkan jika saat ini hanya sepertiga pemilih PKS yang memilih Suswono.

Peniliti senior Litbang Kompas Bastian Nainggolan menjelaskan, tentunya hal tersebut menjadi perhatian khusus di mana mesin partai PKS tidak seperti momen-momen pemilihan sebelumnya yang menjadi andalan dengan militansi yang kuat.

Menurutnya saat ini lebih banyak dari pemilih PKS merasa ambigu atau belum menetukan pilihan.

“Nah ini kunci temuan yang sebenarnya menjadi satu sisi yang merugikan pasangan RIDO, sepanjang tidak terjadi konsolidasi PKS, Pram dan Rano akan semakin berjaya. tetapi kalau bisa terjadi konsolidasi di sini, Itu bisa mengubah, semakin loyal pemilih KIM, menjadi lebih baik untuk RK dan Sus,” ucapnya.

Adapun jumlah besaran suara itu cukup besar, namun survei tidak menemukan jawaban secara spesifik kemasa orientasi suara pemilih PKS di Pilkada DKJ 2024. Akan tetapi Litbang Kompas menemukan variabel lain diluar calon gubernur. Sebut saja itu adalah Anies Baswedan, temuan ini berdasarkan perhitungan suara mutlak Anies sebanyak 41 % dalam Pilkada DKI lima tahun lalu hingga jelang dicalonkan kembali sebagai calon gubernur Jakarta ada Pilgub 2024 kemarin.

Anies Baswedan sudah memiliki suara sebanyak 41% dan hampir setengahnya sekitar 25 % adalah pemilih PKS. Rupanya angka tersebut memang memiliki korelasi yang kuat dengan sosok Anies Baswedan.

Baca Juga  PDIP Partai Besar, FPPJ Berharap Ridwan Kamil Dapat Didukung

Lalu hal apakah yang menyebabkan mesin PKS sedingin itu? Disinyalir salah satu indikatornya adalah adanya ketidakpuasan pemilih, lantaran adanya perubahan calon atau ketidakseriusan PKS dalam memperjuangkan Anies Baswedan sebagai cagub di Pilkada DKJ 2024.

“Patah hati, dan di tengah patah hati itu, dugaan saya masih wait and sea dugaan saya, menunggu, inilah kelompok yang masih menunggu” ucapnya

Sedangkan untuk pendukung Ahok sendiri yang menamakan dirinya Ahokers juga tidak sedikit, mereka saat ini sudah bersama menyatakan dukungan untuk Pramono Anung-Rano Karno di awal kampanye.

Dan berdasarkan informasi yang dihimpun markaberita, Anies Baswedan dipastikan akan muncul bersama Pramono Anung sebagai kunci kemenangan pasangan nomor urut tiga, yang artinya pasangan RIDO tamat jika Anies berhasil memberikan pengaruh besar terhadap keputusan pemilih.

Namun hasil daripada sejumlah lembaga survei itu, dan bisa dijadikan jaminan pasti, apakah kemunculan Anies Baswedan nantinya bisa memberikan pengaruh besar terhadap keputusan pemilih? Atau malah berakhir 15 % seperti Ganjar Pranowo.

Semuanya hanya bisa dibuktikan setelah hari pencoblosan. Karena faktanya hari ini angka 15 itu memang menjadi perbutan untuk menuju Pilkada satu putaran, yang harus terus dikawal sampai Balaikota.

Dan akhir kalam intinya adalah, kemunculan Anies tetap dinantikan. Bahkan andaikata Anies Baswedan Muncul bersama Pramono Anung tanpa bicara soal dukung mendukung pun, akan tetap berarti kehadirannya. Terlebih hal itu akan sangat elegan ketimbang harus seperti presiden terpilih yang menyempatkan diri menjadi juru kampanye di Pilkada Jawa Tengah. (Red),

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *