Investor Ketar-Ketir, Israel Tiba-Tiba Dilanda Kekacauan

Jakarta – markaberita.id – Perekonomian Israel dihantui beberapa kecemasan dari para investor. Hal ini terjadi setelah adanya protes besar-besaran di negara itu dalam beberapa pekan terakhir.
Mengutip CNBC International, warga mulai turun ke jalan untuk memprotes kebijakan parlemen Israel, Knesset, yang ingin menciptakan undang-undang untuk mengubah cara sistem peradilan negara itu. Kritikus pemerintah mengatakan peraturan itu dapat membahayakan demokrasi.

Undang-undang tersebut, diyakini akan mengubah sistem peradilan Israel dengan memberikan kendali penuh kepada pemerintah atas penunjukan yudisial. Itu juga akan melemahkan Mahkamah Agung negara hingga pada titik efektif mengakhiri perannya sebagai pengawas kekuasaan eksekutif dan legislatif.

Sebagai tanda keseriusan penentangan terhadap undang-undang yang diusulkan, lulusan program militer elit dan cadangan di bagian penting tentara Israel, juga telah mengancam untuk tidak hadir bertugas. Mereka pun memulai petisi untuk memprotes perubahan tersebut.

Kepala Ekonom Kementerian Keuangan Shira Greenberg menulis bahwa ‘lembaga pemeringkat kredit cenderung bereaksi terhadap perkembangan ini’. Itu terlihat dari reaksi tiga pemeringkat S&P Global, Moody’s, dan Fitch.

Fitch mengatakan reformasi peradilan yang diusulkan “dapat berdampak negatif pada profil kredit Israel”. Ini, tulis lembaga itu, melemahkan indikator tata kelola dan pemeriksaan institusional mengarah pada hasil kebijakan yang lebih buruk atau sentimen negatif investor yang berkelanjutan.

“Pengesahan aturan serupa di negara lain, yang katanya telah menyebabkan pelemahan signifikan indikator tata kelola Bank Dunia. Indikator-indikator tersebut memainkan peran penting dalam membentuk peringkat yang diberikan ke negara-negara,” terang Fitch.

Fitch juga menunjukkan bahwa proposal yudisial di Israel menemui “masyarakat sipil yang kuat dan oposisi politik”, yang pada gilirannya memecah belah masyarakat Israel. Israel adalah ekonomi terbesar kedua berdasarkan PDB di Timur Tengah setelah Arab Saudi.

Sementara Moody mengemukakan keprihatinan di mana keputusan itu akan berpengaruh pada kepercayaan investor dan rating mereka terhadap Negeri Yahudi itu. Pada gilirannya, hal tersebut berpengaruh dalam hal penggalangan dana investasi.

“Implementasi perubahan semacam itu jelas akan berdampak negatif bagi penilaian kami terhadap kekuatan institusi dan tata kelola, yang sejauh ini kami anggap sebagai fitur positif dari Profil kredit berdaulat Israel,” tulisnya.

CEO MarketVector, Steven Schoenfeld, pun mengatakan dia yakin investor berhak mengkhawatirkan situasi di Israel. MarketVector mempertahankan indeks saham, termasuk Blue Star Fund, yang dibuat Schoenfeld untuk melacak saham Israel.

“Sebagian besar perhatian ada di bidang modal ventura dan ekuitas swasta Israel yang penting,” kata Schoenfeld.

“Anda tidak dapat memisahkan unicorn dan startup Israel serta peningkatan dari pasar ekuitas. Saat pendanaan melambat, kita akan melihat dampaknya pada pasar saham, dan itu terjadi sekarang.”

Tel Aviv sendiri tak tinggal diam dengan kecemasan ini. Sumber mengatakan Gubernur Bank of Israel Amir Yaron telah memperingatkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pekan lalu bahwa krisis politik bisa menjadi krisis ekonomi, dan bahwa ‘masalahnya harus ditangani’.

Anggota kabinet Netanyahu berpendapat bahwa kompromi masih mungkin terjadi. Seorang sumber lainnya, mengatakan bahwa perwakilan pemerintah sedang melakukan kontak dengan eksekutif bisnis penting Israel dalam upaya untuk mengurangi dampak terhadap ekonomi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *