GHI 2024 Mengungkap Realitas Kelaparan Tertinggi Dan Indonesia Menjadi Urutan Ketiga Tingkat Kelaparan Di Asia Tenggara

Markaberita.id | Jakarta – Berdasarkan laporan terbaru dari Global Hunger Index (GHI) 2024, Indonesia menduduki peringkat ketiga negara dengan tingkat kelaparan tertinggi di Asia Tenggara.

Peringkat ini berada tepat di bawah Timor Leste dan Laos, yang masing-masing menempati posisi pertama dan kedua dalam daftar negara ASEAN dengan tingkat kelaparan tinggi.

Tahun lalu, Indonesia bahkan berada pada urutan kedua, menunjukkan penurunan dalam peringkat namun tetap dalam kategori yang memprihatinkan.

Dilansir dari postingan Instagram @bigalphaid pada Kamis, 17 Oktober 2024. Laporan GHI ini memberikan gambaran komprehensif mengenai masalah kelaparan di dunia, termasuk Indonesia, yang tercatat berada pada posisi ke-77 dari 125 negara di seluruh dunia dalam indeks tersebut.

GHI mengukur tingkat kelaparan suatu negara berdasarkan empat indikator utama: tingkat kekurangan gizi, angka stunting pada anak di bawah usia lima tahun, angka child wasting, dan angka kematian anak di bawah usia lima tahun.

Baca Juga  Jokowi Efek Jadi Beban, Saatnya Ridwan Kamil Pulang Kampung

Menurut Global Hunger Index, tingkat kelaparan dihitung dari empat aspek utama, yaitu:

1. Tingkat Kekurangan Gizi: Persentase populasi yang tidak mendapatkan asupan gizi yang memadai.

2. Stunting pada Anak: Jumlah anak di bawah lima tahun dengan tinggi badan di bawah rata-rata.

3. Child Wasting: Jumlah anak di bawah lima tahun yang memiliki berat badan di bawah standar.

4. Kematian Anak: Tingkat kematian pada anak sebelum mencapai usia lima tahun.

Semakin tinggi skor GHI, semakin tinggi pula tingkat kelaparan di suatu negara. Tahun ini, skor GHI Indonesia berada di angka 16,9—menunjukkan sedikit perbaikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun tetap menempatkan Indonesia pada kategori serius dalam hal kelaparan.

Penurunan angka stunting di Indonesia masih jauh dari target pemerintah. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan penurunan sebesar 0,1% antara tahun 2022 dan 2023, dari 21,6% menjadi 21,5%.

Baca Juga  Kamaruddin Simanjuntak Terima Penghargaan Kategori Penegakan Hukum Di Acara Bergengsi Nawacita Award

Pemerintah sendiri menargetkan angka stunting turun hingga 14% pada 2024, namun pencapaian target ini menghadapi tantangan besar.

Penurunan angka stunting merupakan prioritas utama bagi kesehatan generasi mendatang. Namun, tanpa adanya perubahan sistemik dan peningkatan akses terhadap gizi seimbang, target ini sulit dicapai,” dikutip Markaberita.id melalui @bigalphaid.

Ia juga menambahkan, “Faktor-faktor penyebab kelaparan dan stunting di Indonesia beragam, termasuk kemiskinan, ketidakstabilan pemerintahan, kerusakan lingkungan, diskriminasi, ketidakmerataan distribusi pangan sehat, harga pangan yang tinggi, penurunan pendapatan masyarakat, dan meningkatnya pengangguran.”

Tingkat kelaparan yang tinggi ini mengindikasikan adanya masalah mendasar dalam sistem pangan dan ekonomi di Indonesia yang belum sepenuhnya teratasi.

Secara historis, skor GHI Indonesia menunjukkan perbaikan sejak tahun 2000. Pada tahun tersebut, Indonesia mencatat skor sebesar 25,7, yang kemudian meningkat menjadi 28,2 pada 2008.

Baca Juga  Pj Gubernur Sumut Tegaskan Sanksi bagi ASN Tidak Netral di Pilkada 2024

Tren perbaikan mulai terlihat pada 2016 dengan skor sebesar 18,3, dan di 2024, Indonesia berada di skor 16,9. Meski ada perbaikan bertahap, skor ini masih menempatkan Indonesia dalam kategori yang rentan terhadap masalah kelaparan.

Laporan GHI 2024 menggarisbawahi tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam menanggulangi kelaparan dan stunting, terutama dalam upaya mencapai target pemerintah di tahun 2024.

Keterbatasan dalam distribusi pangan sehat dan berbagai faktor sosial ekonomi menjadi kendala yang perlu segera diatasi demi kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat memperkuat program-program intervensi yang berfokus pada peningkatan akses pangan dan perbaikan nutrisi.

Melalui upaya ini, diharapkan angka kelaparan dan stunting di Indonesia dapat terus berkurang di masa depan. (Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *