Markaberita.id | Jakarta – Ada awan kelabu yang menggelayuti hari-hari kita. Bukan awan hujan yang sebentar datang lalu pergi, melainkan kabut ketidakpastian yang tebal dan terasa menyesakkan. Dari sudut ekonomi hingga lanskap politik, dari isu lingkungan hingga dinamika sosial, kita mendapati diri terapung dalam pusaran tanya tanpa jawaban yang pasti.
Kita menyaksikan bagaimana kebijakan-kebijakan yang diharapkan membawa angin segar justru menimbulkan riak keraguan. Investasi yang dielu-elukan tak kunjung menunjukkan geliat signifikan. Harga-harga kebutuhan pokok terus menari di luar jangkauan sebagian besar masyarakat. Lapangan pekerjaan yang dijanjikan seolah menjadi fatamorgana di tengah gurun pengangguran.
Di panggung politik, retorika persatuan dan kesatuan acap kali berbenturan dengan kepentingan-kepentingan sesaat. Janji-janji manis kampanye perlahan memudar, digantikan oleh kalkulasi kekuasaan yang terkadang mengabaikan aspirasi akar rumput. Rakyat menanti kepastian arah, bukan sekadar janji yang terus diulang tanpa realisasi.
Alam pun seolah ikut berbisik tentang ketidakpastian. Perubahan iklim yang semakin nyata menghadirkan ancaman bencana yang sulit diprediksi. Musim yang tak lagi menentu mengganggu siklus pertanian dan mengancam ketahanan pangan. Kita dihadapkan pada konsekuensi dari abai terhadap keseimbangan alam, dan ketidakpastian ini semakin memperburuk kecemasan akan masa depan.
Dalam situasi seperti ini, yang dibutuhkan bukanlah retorika kosong atau saling menyalahkan. Kita memerlukan kepemimpinan yang visioner, yang mampu menghadirkan peta jalan yang jelas dan terukur. Transparansi dan akuntabilitas dalam setiap kebijakan adalah kunci untuk membangun kembali kepercayaan yang terkikis. Dialog yang konstruktif antara pemerintah, pelaku usaha, akademisi, dan masyarakat sipil menjadi urgen untuk merumuskan solusi yang komprehensif.
Ketidakpastian memang menjadi bagian tak terhindarkan dari kehidupan. Namun, membiarkannya menggantung begitu saja di langit tanpa upaya untuk mengurai dan mencari solusi adalah sebuah kelalaian. Kita tidak bisa terus menerus hidup dalam bayang-bayang keraguan.
Saatnya bagi para pemangku kebijakan untuk menunjukkan komitmen yang nyata, menghadirkan kepastian yang dinanti, dan bersama-sama menatap masa depan dengan harapan yang lebih terang. Awan kelabu ini harus segera disibak, agar mentari kepastian dapat kembali menyinari langkah kita.(Red)