Prof. DR. Haryono Sutono: Gerakan Cegah Stunting Atasi Kendala

 

Markaberita.id – Kondisi stunting tidak menurun jumlahnya biarpun prosentasenya menurun kecualI penurunan itu mencapai angka dibawah penurunan pertumbuhan penduduk. Sebabnya sangat jelas karena basis perhitungan jumlah penduduk yang meningkat drastis. Apalagi kalau tidak terjadi penurunan prosentase. Karena itu perlu pemikiran yang makin revolusioner menyangkut lahirnya bayi yang akan tumbuh stunting,

Salah satu pemikiran itu adalah mengembangan Gerakan anak muda mencegah stunting bagi anak-anak usia SMA atau usia 16 sampai 19 tahun saat seorang gadis menurut UU boleh menikah. Kenyataan dewasa aini banyak gadis dibawah usia 19 tahun sudah dinikahkan orang tuanya karena berbagai alasan.

Dalam lingkungan anak sekolah Gerakan ini bisa mengambil sasaran anak usia SMP sampai anak SMA usia dibawah 19 tahun. Diluar sekolah lebih penting lagi bagi gadis-gadis usia dibawah 19 tahun yang dewasa ini sudah Nampak siap menikah karena batas uis nikah dulunya hanya 16 tahun saja.

Baca Juga  Pentingnya Ikut UKW Untuk Menjadi Wartawan Profesional

Gerakan tersebut tidak perlu dinamakan Gerakan stunting karena anggaran terbatas bagi BKKBN untuk itu tetapi sebagai gerajab KB melalui jalur BKKBN yang luar biasa mencegah perkawinan anak usia muda,

Gerakan nikah usia muda ditambah menjadi Gerakan cegah stunting sehingga sasarannya menjadi multi dimensi dan makin menarik. Anak-anak gadis muda disiapkan dalam berbagai kegiatan sosial yang menari jauh dari pikiran dan kehendak orang tuanya untuk menikahkan anaknya yang sudah kelihatan seperti gadis siap nikah.

Anak-anak perempuan dimudahkan menempuh Pendidikan tinggi serta kesempatan kerja yang luas agar ada kegiatan menunda usia nikahnya, Gerakan tersebut bersifat masal menggunakan kesempatan program KB yang berhasil dan ada [ada seta[ Kementerian yang ada tidak diusahakan sebagai program stunting bkkbn. Dengan demkian BKKBN tetap tegar dalam Gerakan KB yang muatannya ditumpangi dengan usaha mencegah nikah pada usia dini.(**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *